Cari Blog Ini

ahs interactive

science & islam


Tab 3.1
Tab 3.2
Tab 3.3

Rabu, 15 September 2010

Motivasi dengan iming-iming materi???

David C. McClelland (1961), psikolog Amerika dari Universitas Harvard merilis  teori motivasi baru: motivasi berprestasi.  Motivasi ini  (achievement motive) diartikan  sebagai " is impetus to do well relative to some standard of excellence"  (Jhonson, 1984).  Suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan  suatu aktivitas  dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. motivasi berprestasi seseorang berhubungan dengan tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian. IQ merupakan kemampuan potensi dan kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Materi adakalanya tidak mampu  membangkitkan  seseorang  untuk melakukan aktivitas tertentu. Uang melimpah, pangkat terhormat dan rumah mewah, bagi seorang muslim bukan pendorong utama untuk melangkah dalam kehidupan. Kasus korupsi yang banyak terjadi di negeri indonesia, diharapkan dengan gaji yang besar seseorang dapat berlaku jujur namun dalam kenyataannya mereka yang mempunyai gaji besar dan pangkat terus melakukan korupsi besar-besaran demi mencapai kebahagiaan semu didunia, walaupun mereka yang melakukan korupsi tersebut mengetahu bahwa belum tentu dengan harta milyaran yang dimiliki mampu menikmati harta curian tersebut karena ajal sudah menjelang atau karena kondisi sakit karena umur sudah semakin tua dan lain-lain . Beberapa para pejabat yang duduk di DPR terus meminta anggaran hanya untuk  memenuhi kebutuhan pribadi, mobil, gedung dan lain-lain, walaupun gaji meraka sudah cukup besar dan kondisi saat ini rakyat masih dalam keadaan terpuruk.
Menurut Syekh Muhammad Muhammad Ismail dalam bukunya Al Fikru Al Islamy, berupa hajatu al ‘udhawiyah (kebutuhan jasmani) dan gharizah (naluri). Hajatu al ‘udhawiyah (kebutuhan jasmani)  dapat berupa  rasa lapar, haus dan kebutuhan  untuk buang hajat besar dan kecil, sementara gharizah (naluri) berupa naluri beragama (gharizatu al-tadayun) yang perwujudannya berupa kecenderungan manusia untuk melakukan ibadah atau aktifitas mensucikan segala sesuatu yang dianggapnya besar; naluri  melangsungkan keturunan (gharizatu al nau’) dimana perwujudannya diantaranya berupa ketertarikan manusia kepada lawan jenisnya; dan naluri untuk mempertahankan diri (gharizatu al baqa’), yang salah satu wujudnya adalah keinginan manusia untuk menjadi pemimpin.
Apabila pemenuhan kebutuhan manusia hanya berdasarkan kebutuhan jasmani saja, dengan tidak memandang naluri beragama maka yang terjadi semakin mematikan naluri beragamanya sehingga menjauhkan diri seseorang tersebut untuk melakukan ibadah atau aktifitas mensucikan segala sesuatu yang dianggapnya besar.
Penyelesaian dinegara ini sering hanya didorong oleh motivasi fisik, memberikan sanksi jika bersalah tanpa menyentuh hukum agama sehingga yang bersalah hanya merasa bahwa kesalahannya cukup diselesaikan didunia dengan melupakan bahwa di akhirat akan dipertanggungjawabkan, seperti halnya kasus video mesum artis yang seharusnya berdasarkan hukum syariat islam pada pezina yang belum bersuami dihukum cambuk atau yang sudah bersuami dihukum rajam, namun seakan asal dapat mencari celah hukum di indonesia sehingga dapat lolos dari jerat hukum, maka masalah selesai. Padahal motivasi fisik (misal: harta) hanya bersifat temporal dan bendawi semata, sehingga sesorang hanya akan  bertindak jika kebutuhan jasmaninya yang muncul pada saat itu terpenuhi atau seseorang mengikuti aturan hanya lantaran takut kebutuhan fisiknya terhalangi karena masuk penjara atau terkena denda, tanpa menyentuh aspek bahwa perbuatan yang dilakukan itu dosa atau tidak, yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak yang kekal pada saat seseorang itu meninggal, hal ini berbeda dengan motivasi spiritual yang berupa kesadaran seseorang bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah Swt. Dzat yang akan meminta pertanggungjawaban  manusia atas segala perbuatannya di dunia.  Motivasi inilah yang mampu  mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, asalkan sesuai dengan syariat yang diberikan-Nya